Minggu, 31 Januari 2010

MAKALAH DAMPAK PERGAULAN BEBAS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan pemudi yang terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free sex), disebabkan terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat.

Diantara dampak negatif dari kemudahan komunikasi di antara anggota masyarakat secara global ke dalam negara kita adalah muncul dan berkembangnya penyakit berbahaya antara lain HIV/AIDS.

Mengenal siapa remaja dan apa problema yang dihadapinya adalah suatu keharusan bagi orang tua. Dengan bekal pengetahuan ini orang tua dapat membimbing anaknya menataki­ masa-masa krisis tersebut dengan mulus. Hal ini sangat dirasakan oleh semua karena di bahu remaja masa kini terletak tanggung jawab moral sebagai generasi penerus, menggantikan generasi yang ada saat ini. Mereka inilah yang kelak berperan menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas, menjadi aset nasional dan tumpuan harapan bangsa dalam kompetisi global, yang tentunya kian hiruk pikuk di abad ke XXI.

1.2 Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang di atas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yakni :

1. Apa itu HIV, serta apa penyebab HIV dan Pencegahannya.

2. Apa itu pergaulan bebas?

3. Bahaya pergaulan bebas?

4. Penyebab dan dampak pergaulan bebas?

5. Cara mengatasi pergaulan bebas.

1.3 Tujuan Penulisan

Dilihat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah memberikan pengetahuan sejak dini kepada para remaja tentang HIV dan bagaimana pergaulan bebas, serta bahaya dalam pergaulan bebas. Dan memberikan pemahaman kepada para remaja akan bahaya dari pergaulan bebas. Sehingga makalah ini menjadi sarana bagi pembaca dalam menghadapi pergaulan bebas.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Dapat membuka pikiran pembaca untuk mengetahui HIV dan sadar akan dampak dari pergaulan bebas, serta menjadikan pembaca dapat berpikir positif dalam menghadapi masa depan.

2. Pembaca dapat mengetahui tentang pergaulan bebas sehingga nantinya mereka mampu meningkatkan antisipasi dalam pergaulan untuk dapat memilih antara pergaulan yang bersifat positif dan negative.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV

HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia - terutama CD4+ Sel T dan macrophage, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" - dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi. Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan berkembang dengan cepat, memberi tanda pada bagian sistem kekebalan tubuh yang lain bahwa telah terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan menghancurkan bakteri-bakteri dan virus-virus yang berbahaya.

2.2 Gejala-Gejala Penyakit HIV-AIDS

Untuk memastikan apakah seseorang kemasukan virus HIV, ia harus memeriksakan darahnya dengan tes khusus dan berkonsultasi dengan dokter. Jika dia positif mengidap AIDS, maka akan timbul gejala-gejala yang disebut degnan ARC (AIDS Relative Complex) Adapun gejala-gejala yang biasa nampak pada penderita AIDS adalah:

1. Lelah berkepanjangan

2. Sering demam (>38 °C)

3. Sesak nafas dan batuk berkepanjangan

4. Berat badan turun mencolok

Bagaimana Mencegah Tertularnya HIV/AIDS?

· Melakukan penyebarluasan informasi HIV/AIDS kepada teman, kelompok, dan keluarganya untuk mengurangi keresahan akibat berita yang salah dan menyesatkan.

· Menghindari atau mencegah penyebaran HIV/AIDS pada diri sendiri, keluarga, dan kelompoknya dengan jalan antara lain:

1. Mempertebal iman dan taqwa agar tidak terjerumus ke dalam hubungan seksual pra nikah dan di luar nikah serta berganti-ganti pasangan.

2. Hindari alat tercemar

  • Alat kedokteran disteril (disucihamakan) dengan betul
  • Jarum tindik,tato,alat salon harus steril

3. Penderita HIV/AIDS sadar untuk tidak menularkan penyakit pada orang lain

4. Hindarkan penyalahgunaan obat narkotika, alkoholisme dan segala bentuk pornografi yang dapat merangsang ke arah perbuatan seksual yang menyimpang.

5. Kalau suami istri sudah terinfeksi virus HIV, maka pakailah kondom dengan benar dalam melakukan hubungan seksual.

6. Melakukan tindakan pengamanan terhadap pencemaran virus HIV/AIDS melalui jarum suntik, transfusi darah, dan luka yang terbuka.

7. Bagi wanita pengidap virus HIV dianjurkan untuk tidak hamil.

2.3 Pengertian Pergaulan Bebas

Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.

2.4 Penyebab & Dampak Maraknya Pergaulan Bebas Remaja Indonesia
a. penyebab pergaulan bebas

Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti pergaulan bebas & penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit seperti HIV & AIDS ataupun kematian. Berikut ini di antara penyebab maraknya pergaulan bebas di Indonesia:

· Sikap mental yang tidak sehat, Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan yang tidak sepantasnya, tetapi mereka tidak memahami karena daya pemahaman yang lemah. Dimana ketidakstabilan emosi yang dipacu dengan penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian yang tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh, menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan hidup yang mereka biasa jalani sehingga pelarian dari hal tersebut adalah hal berdampak negatif, contohnya dengan adanya pergaulan bebas.

· Pelampiasan rasa kecewa, Yaitu ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan kekecewaannya terhadap orang tua yang bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan tekanan terus menerus(baik dari segi prestasi untuk remaja yang sering gagal maupun dikarenakan peraturan yang terlalu mengikat), lingkungan masyarakat yang memberikan masalah dalam sosialisasi, sehingga menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan bebas dikarenakan rasa tidak nyaman dalam lingkungan hidupnya.

· Kegagalan remaja menyerap norma, Hal ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang sebenarnya adalah westernisasi.

b. Dampak dari pergaulan bebas

Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” (dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak sekali pemakaian narkoba. Ini identik sekali dengan adanya seks bebas. Yang akhirnya berujung kepada HIV/AIDS. Dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari segala segi.

2.5 Cara Mengatasi Pergaulan Bebas

Solusi atau cara Untuk Menyelesaikan Masalah Pergaulan Bebas ada beberapa hal yang harus dilakukan yakni :

1. Kita semua mengetahui peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, penyaluran minat dan bakat secara positif merupakan hal-hal yang dapat membuat setiap orang mampu mencapai kesuksesan hidup nantinya. Tetapi walaupun kata-kata tersebut sering ‘didengungkan’ tetap saja masih banyak remaja yang melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Selain daripada solusi di atas masih banyak solusi lainnya. Solusi-solusi tersebut adalah sebagai berikut: Memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis dan hidup dalam “kenyataan”, maksudnya sebaiknya remaja dididik dari kecil agar tidak memiliki angan-angan yang tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga apabila remaja mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan positif.

2. Menjaga keseimbangan pola hidup. Yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola waktu, emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif

Selain usaha dari diri masing-masing sebenarnya pergaulan bebas dapat dikurangi apabila setiap orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif untuk memberikan motivasi positif dan memberikan sarana & prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya sehingga segalanya menjadi bermanfaat dalam kehidupan tiap remaja.

2.6 Hubungan Antara HIV dan Pergaulan Bebas

Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas maka dari itu pergaulan bebas sangat menentukan terjangkitnya seseorang dengan penyakit HIV. Selain hilangnya kekebalan daya tubuh, pergaulan bebas juga dapat menyebabkan terjadinya kehamilan di luar nikah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia - terutama CD4+ Sel T dan macrophage, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" - dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS.

pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa.

pergaulan bebas itu tidak hanya sebatas bergaul melainkan terkadang mendorong untuk melakukan hal yang lebih tidak di sukai oleh agama, seperti, bercumbu rayu, berciuman dan bahkan terjebak dalam perzinahan. Oleh karena itu, tanpa ada sekat-sekat pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim maka dampak dan bahayanya seperti itu. Penyebab maraknya pergaulan bebas karena sikap mental yang tidak sehat, pelampiasan rasa kecewa, dan kegagalan remaja menyerap norma.

Pergaulan bebas dapat dikurangi apabila orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada para remaja dan memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya. Sehingga segala sesuatu yang dilakukannya dapat bermanfaat dalam kehidupan.

3.2 Saran

Pergaulan bebas tidak dapat dipandang remeh, karena pergaulan bebas dapat menjerumuskan para remaja. Melalui makalah ini, maka penulis menyarankan agar kita mampu memilih pergaulan yang pas buat kita, Karena jika kita salah pergaulan maka hal buruk yang akan menimpa kita.

DAFTAR PUSTAKA

……….http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/pendidikan-kewarganegaraan/pemuda-dalam-pergaulan-bebas

………http://subandowo.blogspot.com/2008/08/kenakalan-remaja.html

……..http://luluvikar.wordpress.com/2009/08/26/peran-orang-tua-dalam-pencegahan-sex-bebas-bagi/

…….http://maroebeni.wordpress.com/2008/03/02/menanggulangi-bahaya-hiv-aids/

SASTRA BANDINGAN

PERBANDINGAN DUA KARYA SASTRA BERBEDA ANTARA OHEO DARI SULTRA DAN SI MOLEK DARI RIAU

Praktik sastra bandingan sebagai sebuah kajian. Apakah praktik sastra bandingan hanya sebatas membandingkan dua teks sastra atau lebih jauh dari itu dengan mencantelkan analisis atau interpretasinya pada kebudayaan dan kehidupan kemasyarakatan yang melahirkannya. Jika perbandingannya itu hanya menyangkut dua atau lebih teks sastra yang berbeda, maka hasil perbandingan itu hanya akan sampai pada perbedaan dan persamaan tekstual. Dari sana mungkin kita akan sampai juga pada persoalan reputasi dan penetrasi, dan pengaruh-mempengaruhi. Jika demikian halnya, maka perbandingan itu akan tetap berkutat pada persoalan tekstual. Jadi, apakah tujuan sastra bandingan hanya sampai pada pengungkapan perbedaan dan persamaan dua teks atau lebih. Oleh karena itu, patutlah dipertimbangkan tujuan sastra bandingan yang tidak hanya sampai pada perbandingan dua teks sastra yang berbeda dan mengungkapkan persamaan dan perbedaan tekstual, tetapi juga coba menelusuri persamaan dan perbedaannya itu sebagai bagian dari dua produk budaya yang dilahirkan dari dua kehidupan sosio-budaya yang berbeda.

Berikut ringkasan kedua cerita yang akan saya bandingkan :

CERITA OHEO DARI SULTRA

Oheo adalah seorang pemuda tampan yang bermata pencaharian sebagai petani tebu di daerah Kendari, Sulawasi Tenggara, Indonesia. Pada suatu hari, Oheo dikejutkan oleh sebuah peristiwa aneh di kebunnya. Ia mendapati tanaman tebunya hampir habis. Hal tersebut membuatnya kesal dan marah. Siapakah gerangan yang memakan tanaman tebu Ohoe? Lalu, apa yang akan dilakukannya? Ikuti kisahnya dalam cerita Oheo berikut ini!


Alkisah, di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, hidup seorang pemuda tampan bernama Oheo. Ia tinggal sendirian di sebuah gubuk di tengah hutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia menanam pohon tebu di kebunnya. Oheo seorang petani yang rajin dan tekun. Setiap hari ia merawat tanaman tebunya dengan baik.

Pada suatu waktu, ketika tanaman tebunya sudah siap dipanen, Oheo berjalan-jalan mengelilingi kebunnya. Alangkah terkejutnya ia ketika menyaksikan banyak ampas tebu yang berhamburan di pinggir kebunnya dekat sungai. Melihat keadaan itu, Oheo menjadi kesal dan marah. Ia pun berniat untuk menangkap pelakunya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Oheo berangkat ke kebunnya. Sesampainya di kebun, ia segera menuju ke tepi sungai. Saat akan sampai di tepi sungai, tiba-tiba langkahnya terhenti. Tidak jauh dari tempat ia berdiri, ada tujuh bidadari cantik sedang terbang berputar-putar di atas sungai. Melihat hal itu, ia segera bersembunyi di balik sebuah pohon besar. Dari balik pohon itu ia terus memerhatikan gelagat ketujuh bidadari tersebut.

“Aduhai... cantiknya bidadari-bidadari itu!” ucap Oheo dengan penuh takjub.

Beberapa saat kemudian, ketujuh bidadari tersebut turun dan berdiri di tepi sungai. Kemudian mereka berjalan menuju ke kebun tebu Oheo. Tidak berapa lama, mereka pun kembali ke tepi sungai sambil membawa batang tebu. Di tepi sungai itu, mereka asyik menikmati manisnya air tebu milik Oheo. Setelah itu mereka membuang ampas tebu tersebut dan membiarkannya berserakan di tepi sungai. Usai makan tebu, mereka mencebur ke sungai untuk mandi. Melihat kejadian itu, maka tahulah Oheo bahwa ternyata yang memakan tanaman tebunya adalah para bidadari tersebut.

Pada mulanya, Oheo sangat kesal dan marah. Namun, setelah mengetahui bahwa pelakunya adalah bidadari cantik, hatinya tiba-tiba berubah menjadi senang dan gembira. Bahkan ia berniat untuk memperistri salah seorang dari mereka.

Ketika para bidadari tersebut sedang asyik mandi sambil bersendau gurau, Oheo merayap menuju ke tempat pakaian para bidadari tersebut diletakkan. Dengan hati-hati, Oheo mengambil sehelai selendang dengan menggunakan ranting kayu. Setelah berhasil mengambil selendang yang berwarna ungu, ia segera membawanya pulang ke rumah dan menyembunyikannya di dalam ujung kasau bambu dekat jendela. Setelah itu, ia kembali ke tempat persembunyiannya untuk mengintip para bidadari yang sedang mandi.

Saat hari menjelang sore, ketujuh bidadari tersebut selesai mandi. Mereka pun bergegas mengenakan pakaian masing-masing lalu terbang ke angkasa menuju ke kayangan. Namun, salah seorang dari mereka tidak dapat terbang karena selendangnya hilang. Dia adalah putri (bidadari) bungsu yang bernama Anawangguluri. Ia sudah mencari selendangnya ke sana kemari, namun tetap tidak menemukannya. Akhirnya, tinggalah ia seorang diri di tepi sungai itu.

Tidak lama kemudian, Oheo keluar dari tempat persembunyiannya, lalu menghampiri Putri Anawangguluri.

“Hai putri cantik! Aku Oheo. Aku tinggal di sekitar daerah ini,” sapa Oheo memperkenalkan diri.

“O iya, kamu siapa?” tanya Oheo.

“Aku Anawangguluri dari negeri Kahyangan. Penduduk Kahyangan memanggilku Anawai,” jawab gadis cantik itu.

“Kenapa kamu berada sendirian di sini?” tanya Oheo.

“Tadinya aku bersama keenam saudariku mandi di sungai ini. Namun, mereka meninggalkanku seorang diri di sini, karena aku tidak dapat terbang kembali menuju ke Kahyangan. Pada saat kami sedang asyik mandi, selendangku tiba-tiba hilang. Apakah engkau melihatnya, Oheo?” putri balik bertanya kepada Oheo.

“Tidak, Putri,” jawab Oheo.

Mendengar jawab itu, Putri Anawai bertambah sedih, karena semakin tidak mempunyai harapan untuk bisa kembali ke Kahyangan. Sementara ia sendiri tidak memiliki siapa-siapa di bumi.

“Maukah kamu menolongku, Oheo?” tanya Putri Anawai mengiba kepada Oheo.

“Apakah itu, Putri? Katakanlah!” seru Oheo.

“Bolehkah aku tinggal di rumahmu untuk sementara waktu? Jika aku sudah menemukan selendangku, aku akan kembali lagi ke Kahyangan,” pinta sang Putri.

“Baiklah, aku akan menolongmu. Tapi dengan syarat kamu mau menikah denganku,” jawab Oheo.

Sebenarnya permintaan Oheo itu sangatlah berat bagi Putri Anawai. Sebab, jika ia menikah dengan Oheo, tentu ia akan semakin jauh dari orangtua dan saudari-saudarinya yang tinggal di Kahyangan. Namun karena tidak ada pilihan lain, ia pun menerima permintaan Oheo. Sebelum mereka menikah, Putri Anawai juga mengajukan sebuah permintaan kepada Oheo.

“Jika di kemudian hari kita mempunyai anak, engkaulah yang membersihkan kotoran anak kita,” kata Putri Anawai.

Oheo pun menerima permintaan Putri Anawai. Setelah itu mereka menikah dan hidup bahagia.

Setahun kemudian, mereka dikarunia seorang anak laki-laki. Sesuai dengan perjanjian, setiap kali anak mereka buang air besar, Oheo-lah yang selalu membersihkan kotorannya. Begitulah setiap hari hingga anak mereka berumur setengah tahun.

Pada suatu hari, ketika Oheo sedang sibuk menganyam atap di halaman rumah, tiba-tiba si anak buang air besar.

“Bang! Anak kita sedang buang air besar!” teriak Putri Anawai dari dalam rumah.

“Abang sedang sibuk,” jawab Oheo sambil terus menganyam atap rumah.

“Bang! Anak kita sudah selesai buang air besar. Bersihkan dulu kotorannya!” sang Istri kembali berteriak dari dalam rumah.

Berkali-kali istrinya memanggil, namun Oheo tetap menolak untuk membersihkan kotoran anak mereka. Bahkan ia menyuruh istrinya yang membersihkannya.

“Kamu saja yang membersihkannya!” jawab Oheo dengan nada keras.

Bagaikan disambar petir telinga Putri Anawai mendengar jawaban suaminya. Pada saat itulah tiba-tiba terlontar kata-kata dari mulutnya.

“Bang! Apakah Abang sudah lupa dengan janji Abang sebelum kita menikah?”

“Untuk apa lagi kamu mengungkit-ungkit masa lalu. Yang lalu biarlah berlalu,” jawab Oheo dengan nada ketus.

Hati Putri Anawai semakin sakit mendengar jawaban suaminya. Dengan berderai air mata, ia pun membersihkan sendiri kotoran anak mereka. Setelah itu, ia berdiri di depan jendela sambil menyaksikan pemandangan alam di sekitarnya. Sesekali pandangan matanya mengarah ke angkasa. Ia tiba-tiba merasa rindu ingin kembali ke Kahyangan untuk bertemu keluarganya. Tak terasa, air matanya berderai membasahi pipinya.

Pada saat akan mengalihkan pandangannya ke alam sekitar, tiba-tiba ia melihat sebuah kain berwarna ungu terselip di ujung kasau bambu. Dengan tangan gemetar, perlahan-lahan ia menarik kain itu. Alangkah terkejutnya saat kain yang masih utuh itu berada di tangannya.

“Hei, bukankah ini selendangku yang hilang itu? Tapi, kenapa ada di sini?” tanyanya dalam hati dengan penuh keheranan.

“Mmm... pasti suamiku yang menyembunyikannya,” ucapnya.

Alangkah senangnya hati Putri Anawai karena telah menemukan selendangnya. Harapannya untuk kembali ke negerinya akan tercapai. Ia pun segera menggendong anaknya dan menciumnya dengan penuh kasih-sayang.

“Maafkan Ibu, Nak! Ibu terpaksa meninggalkanmu bersama ayahmu,” ucap Putri Anawai sambil mencium kening anaknya dengan penuh kasih sayang.

Setelah itu, Putri Anawai meletakkan anak itu di lantai rumah seraya memanggil suaminya.

“Bang! Tolong jaga anak kita! Aku akan kembali ke Kahyangan.”

Pada mulanya, Oheo tidak percaya akan hal itu. Ia tetap asyik dengan pekerjaannya. Setelah istrinya memanggilnya berkali-kali, Oheo pun segera beranjak dari tempatnya dan segera masuk ke dalam rumah. Ketika berada di dalam rumah, ia mendapati istrinya sedang terbang keluar melalui jendela.

“Istriku, jangan tinggalkan kami!” teriak Oheo.

Putri Anawai tidak lagi menghiraukan teriakan suaminya. Kemudian ia terbang ke atas pohon pinang, lalu terbang hinggap di atas pohon kelapa. Beberapa kali suaminya berteriak memanggilnya, ia tetap tidak menghiraukannya. Akhirnya, ia terus terbang ke angkasa menuju negeri Kahyangan.

Oheo sangat menyesali perbuatannya. Seandainya dia membersihkan kotoran anaknya, pasti istrinya tidak akan meninggalkannya. Kini, ia bertambah bingung, tidak tahu cara mengasuh anak yang ditinggalkan oleh istrinya. Akhirnya, ia pun segera mencari bantuan kepada siapa saja yang bersedia mengantarnya sampai ke negeri Kahyangan. Setelah berhari-hari berkeliling ke mana-mana, akhirnya ia menemukan sejenis tumbuhan yang bernama Ue-Wai yang bersedia menolongnya. Tetapi dengan syarat, Oheo harus membuatkannya cincin untuk dipasang pada setiap tangkainya.

Setelah Oheo memenuhi permintaannya, tumbuhan Ue-Wai menyuruh Oheo agar duduk dan berpegang erat di tangkainya. Sebelum menjulang ke angkasa, Ue-Wai berpesan kepada Oheo.

“Setelah berada di angkasa, kita akan mendengarkan suara keras sebanyak dua kali. Jika mendengar suara pertama, langsung tutup matamu, dan jika mendengar suara keras yang kedua bukalah matamu,” ujar tumbuhan Ue-Wai.

“Baiklah. Aku akan mengikuti petunjukmu,” jawab Oheo sambil menggendong anaknya.

Beberapa saat kemudian, Ue-Wai itu pun melambung tinggi-tinggi dengan sangat cepat. Saat berada di angkasa, terdengarlah bunyi letusan pertama yang sangat keras. Oheo pun segera menutup mata rapat-rapat. Tidak berapa lama, terdengar lagi bunyi letusan kedua yang lebih keras lagi. Oheo pun segera membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya Ohea saat kedua matanya terbuka. Tiba-tiba ia melihat sebuah istana yang sangat megah di hadapannya. Rupanya, ia sudah berada di halaman istana kerajaan negeri Kahyangan.

Pada saat itu, para putri raja sedang berjalan-jalan di halaman istana. Salah seorang di antara mereka melihat Oheo sedang duduk bersama anaknya. Mereka pun segera melaporkan keberadaan Oheo tersebut kepada raja. Mengetahui hal itu, sang Raja menyuruh Oheo menghadap kepadanya.

“Hei Oheo! Jika kamu ingin bertemu dengan istrimu, kamu harus melalui beberapa ujian, karena kamu telah berbuat kesalahan kepada putriku,” ujar sang Raja.

“Ujian apakah itu, Tuan?” tanya Oheo penasaran.

“Pertama, kamu harus menumbangkan batu sebesar istana. Kedua, kamu harus memungut bibit padi yang disebar di padang luas tanpa tersisa sebiji pun. Ketiga, kamu harus menemukan istrimu yang tidur di dalam sebuah ruangan pada waktu malam gelap gulita,” jelas sang Raja.

“Jika kamu gagal melalui salah satu dari ketiga ujian tersebut, maka kamu tidak akan bertemu dengan istrimu untuk selamanya,” tambah sang Raja mengancam.

Oleh karena keinginannya ingin bertemu dengan istrinya sangat besar, Oheo pun berusaha untuk melaksanakan ketiga ujian tersebut. Ujian pertama dan kedua berhasil ia lewati dengan bantuan kawanan tikus, burung, dan hewan lainnya. Namun, ketika akan menjalani ujian ketiga, Oheo merasa tidak mampu melakukannya. Kawanan tikus, burung dan beberapa hewan lainnya juga tidak dapat membantunya.

Saat malam menjelang, hati Oheo mulai gelisah dan cemas atas nasib yang akan menimpa dirinya. Jika gagal melewati ujian ketiga tersebut, maka ia akan terus mengasuh dan merawat anaknya sendirian. Ketika ia sedang duduk termenung sambil memangku anaknya, tiba-tiba seekor kunang-kunang datang menghampirinya.

“Hei, Oheo! Kenapa termenung begitu. Apakah kamu sedang ada masalah?” tanya kunang-kunang itu.

“Benar, aku mempunyai masalah yang tidak mampu kupecahkan! Aku harus menemukan istriku di dalam ruangan pada waktu malam gelap gulita. Sementara di ruangan itu terdapat banyak tempat tidur yang bentuknya sama. Istriku dan saudari-saudarinya akan tidur di tempat tersebut, sedangkan wajah mereka hampir sama,” keluh Oheo.

“Jangan khawatir, Oheo! Aku akan membantumu. Nanti malam, ikuti ke mana aku terbang. Di mana aku hinggap, di situlah istrimu,” ujar Kunang-kunang itu.

Oheo sangat senang mendengar petunjuk itu. Pada malam harinya, kunang-kunang itu terbang mencari istri Oheo di dalam ruangan yang gelap gulita. Sementara Oheo mengikutinya dari belakang sambil menggendong anaknya. Tidak beberapa lama, kunang-kunang itu hinggap pada salah satu tempat tidur. Dengan hati gemetar, Oheo bersama anaknya naik ke tempat tidur itu. Ternyata benar, orang yang tidur di situ adalah istrinya. Alangkah senangnya hati Oheo dapat bertemu kembali dengan istrinya. Begitu pula si anak, ia merasa bahagia dapat tidur nyenyak di samping ibunya.

Oleh karena berhasil melalui ujian tersebut, akhirnya Oheo diperkenankan untuk membawa serta istrinya kembali ke bumi. Oheo bersama anak dan istrinya pun turun ke bumi melalui seutas tali.\Sesampainya di bumi, Ohea bersama keluarganya memulai hidup baru. Oheo semakin rajin dan bersemangat bekerja. Ia membuka kebun baru lagi dan menanaminya dengan berbagam jenis tanaman seperti padi, jagung, umbi-umbian, kelapa, dan lain-lain. Dengan hasil kebun tersebut, Oheo bersama keluarganya hidup sejahtera dan bahagia.

Berikut ini merupakan ringkasan cerita dari kisah si molek yang berasal dari Riau :

Ratusan tahun yang lalu, di sebuah desa kecil di tanah Riau, tinggallah seorang pemuda buruk rupa yang amat sakti bernama simbolon. Kesaktian pemuda terletak pada kemahiran dalam mengubah raut wajah menjadi apapun yang ia inginkan. Suatu hari, ketiaka sedang mengambil air di sunagi dekat mata air. Ia melihat tujuha orang gadis yang sedang bermain air di mata air itu. Gadis-gadis itu amat cantik. Simbolon melihat juga setumpuk selendang beraneka berwarna yang bergeletak di sampingnya, ia memutuskan untuk mengambil sehelai selendang berwarna ungu. lalu cepat-cepat bersembunyi.

Para bidadari kelabakan ketika mengetahui ada salah satu selendang hilang. Selendang ungu itu ternyata milik bidadari bernama si Molek. Mereka mencari selendang molek ke sana-kemari. Tapi selendang molek tetap tidak ketemu. Akhirnya mereka terpaksa meninggalkan Molek sendirian, karena tanpa selendang itu Molek tak bias terbang ke Khayangan, negeri mereka.

Melihat Molek menangisa, Simbolon yang berlagak tidak tahu apa-apa berjalan mendekati dan mengajaknya tinggal di rumahnya. Tapi melihat wajah Simbolon yang jelek, Molek Pun menolak dengan kasar. Simbolon cepat-cepat pergi dan mengubah wajahnya menjadi tampan, dan kembali mengajak bidadari itu tinggal bersamanya. Si Molek yang tidak tahu akan Simbolon adalah pemuda yang sama, mau saja ia ikut dengannya. Sejak saat itulah Molek tinggal bersama Simbolon.

Setelah mereka menikah dan tinggal bersama, Simbolon ternyata memperlakukan Si Molek dengan buruk. Rupanya ia masih dendam atas penolakan si Molek. Suatu hari raja dating berkunjung ke desa Simbolon. Para gadis cantik bertugas untuk menari menyambut kedatangan raja. Si Moleklah yang bertugas untuk melatih gadis ini menari. Ketika melihat para gadis itu menari, raja sangat terpesona. Tarian mereka yang amat indah membuat raja bertanya siapa gerangan pelatihnya. Molek pun mengajukan diri. Melihat kecantikan Molek, raja memintanya untuk menari.

Namun, tak ada satu selendang pun yang indah yang tersisa untuk molek menari. Akhirnya, Simbolon memutuskan untuk mengeluarkan selendang Si Molek yang yang berwarna ungu yang berkilau. Molek terkejut melihat selendang itu, tapi ia menolak mengenakannya. Ia tahu, kalau mengenakan selendang itu, ia akan di tarik oleh selendang itu kembali ke Khayangan. Ia berusaha menjelaskan pada suaminy, tetapi Simbolon tidak mau tahu. Pasalnya raja telah menjanjikannya sejumlah besar keeping emas jika si Molek mau menari. Dengan kasar, ia melilitkan selendang itu pada tubuh Molek dan menyuruhnya menari. Molek menari dengan sangat indah dan ringan, hinga ia mulai melayang. Semakin lama semakin tinggi dan air matanya mulai berjatuhan.

Sayangnya, tidak ada seorang pun yang sadar Molek mulai melayang tinggi. Selendang itu memiliki kekuatan gaib untuk menghipnotis manusia yang melihatnya. Ketika mereka sadar, Molek sudah terlalu tinggi. Simbolon tak kuasa lagi menggapai istrinya. Ia hanya bias menangis dan meratap memohon agar istrinya kembali. Namun, Molek tetap tidak pernah kembali lagi.

Dari kedua cerita di atas antara Oheo dak Si Molek, maka dapat dibandingkan persamaan dan perbedaannya. Persamaan kedua cerita di atas adalah dalam cerita ini dikisahkan kedua tokoh baik dalam cerita Oheo maupun Si Molek sama-sama ada kecurangan cinta di dalamnya yaitu dengan cara menyembunyikan selendang salah satu bidadari dan akhirnya di nikahi, dan dalam perjalanan cintanya mereka memiliki kisah yang berbeda.

Perbedaan yang timbul dalam kedua cerita adalah :

· Kedua tokoh memiliki status yang berbeda yakni dalam cerita Oheo di ceritakan bahwa Oheo adalah seorang petani tebu yang setiap harinya hanya berkebun sementara dalam cerita Si Molek di ceritakan bahwa dia memiliki sebuah kesaktian yaitu mengubah wajahnya.

· Dalam kisah cintanya Oheo sebelum menikahi Anawai ia di berikan sebuah syarat yakni bila nanti anaknya buang air besar maka oheo yang harus mencebokinya, sementara dalam cerita Si Molek Simbolon tidak mendapatkan syarat apapun dari Si Molek dan dalam perjalanan cintanya Oheo cukup bahagia dan ia di karuniai seorang putra, sementara dalam kisah Si Molek ia sangat menderita dan selalu di siksa oleh Simbolon, dan mereka pun tak dikauniai anak.